Kamis, 15 Desember 2016

PORTAL: ANTI CORRUPTION YOUTH CAMP 2016

ANTI CORRUPTION YOUTH CAMP 2016 
-Energi Muda Desa Untuk Negeri-

(Penerbangan menggunakan maskapai Lion Air)

Semuanya berawal dari kenekatan. Mulai dari pengiriman naskah, bahkan ide yang saya tuliskan pun bermula dari proses kenekatan saya terhadap sesuatu yang saya lihat dan mengganggu pikiran saya tentang perilaku masyarakat zaman sekarang ini. Jika bukan karena kenekatan, mungkin saya tidak akan pernah merasakan terbang di atas awan. Namun, proses kenekatan itu pun mesti dibarengi dengan sebuah aksi. Dalam kegiatan ini awalnya saya hanya didorong oleh salah satu kakak senior saya (kak Adi Prasatyo) untuk mengikuti seleksi dengan membuat tulisan berupa Esai yang mengangkat tema “Pemuda Sebagai Perubahan Sosial”. Saya ragu, pasalnya kemampuan saya tentang menulis baru saya geluti semenjak duduk dibangku perkuliahan. Tulisan esai saja baru saya kenal saat saya bergelut di salah satu UKM di tempat saya belajar (UKM Belistra Untirta). Tapi, hal itu rupanya tidak memadamkan semangat tempur saya, alhasil di saat terakhir pendaftaran akhirnya saya pun mengajukan diri dan mengirimkan esai dengan judul “Apa yang Kau Beri?”. Saya memasrahkan diri dengan hasil yang akan saya terima nantinya. Karena, saya mengukur bahwa kemampuan diri saya dalam menulis masih jauh dari kata baik dan masih banyak yang mesti diberbaiki sana sini. Saat saya tahu, bahwa nama saya telah tercantum sebagai pendaftar seleksi ACYC 2016 yang nantinya dilaksanakan di wilayah barat Indonesia – Sabang, saya pun tak henti-hentinya mencari tahu seperti apa ACYC di tahun sebelumnya. Ternyata, ACYC tersebut telah dilaksanakan sebanyak 2 kali, yaitu tahun 2012 – Bogor dan 2015 – Yogyakarta. Kegiatan tersebut rupanya sudah menginjak angkatan ketiga. Saat saya berhasil mengunduh video ACYC 2015,  rupanya kegiatan tersebut menarik hati saya dan membuat saya kembali optimis bahwa saya akan berhasil. ‘Semangat pemuda’, itulah yang coba diusung dalam kegiatan tersebut. Proses seleksi membutuhkan waktu selama 3 hari, membuat saya semakin gemetar menunggu hasilnya. Tak pernah lupa sedikit pun saya selipkan doa untuk keberhasilan saya dan ketiga teman saya lainnya dalam keikutsertaan kegiatan tersebut.

Jengjenggggggg ..... Pengumuman tiba !!!

Saat itu, saya dan kedua teman saya berada di tempat yang sama. Lalu, kak Adi mengirimkan pesan kepada kami untuk segera membuka laman surel. Teman saya yang pertama (Achmad Ramadhan) telah membuka laman tersebut namun sayangnya ia tidak menemukan pesan keberhasilan itu. Wahhhh, saya semakin gemetar saat itu. Takut, kegagalan akan berpihak kepada saya. Dengan wajah sumringah, saya sudah melihat surel yang dikirimkan oleh pihak penyelenggara di dalam kotak masuk tanpa membuka seutuhnya berita tersebut. Dengan hati yang kuat, saya pun akhirnya membuka pesan tersebut yang berisikan pernyataan LOLOS SELEKSI. Luar biasa senangnya perasaan saya saat itu, kebahagiaan saya rupanya mengalir pada teman saya yang kedua (Mustika Sari). Jadilah hanya kami bertiga yang berlanjut mengikuti kegiatan ACYC 2016 yang bertempat di Sabang. Waktu yang diberikan dari proses pengumuman ke pemberangkatan sekitar seminggu. Pihak penyelenggaran mulai mengirimkan e-ticket kepada peserta serta apa saja yang mesti dibawa untuk perlengkapan kami di sana yang akan memakan waktu selama 2 minggu (17-30 Oktober 2016). Karena, saya masih mengikuti perkuliahan alias mahasiswa di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, pun mulai mengurusi surat perizinan untuk dispensasi perkuliahan kepada doses-dosen pengampu setiap mata kuliah yang saya jalankan di semester lima.

***

Hari Pemberangkatan (16 Oktober 2016, Pukul 21.22)


            Pesawat kami dijadwalkan tanggal 17 Oktober 2016 pukul 05.00 WIB. Karena kami takut mengalami hal-hal yang tak diinginkan seperti tertinggal, untuk itulah kami datang lebih lebih lebih awal. Awalnya kami merencanakan untuk menggunakan bus Damri menuju Bandara Soekarno-Hatta, akan tetapi rupanya kami sudah melewati waktu bus Damri bekerja. Alhasil, untuk mengejar ketertinggalan tersebut kami menggunakan transportasi lain yaitu Taksi. Awalnya sopir taksi tak mau mengantarkan kami, karena jarak yang terlalu jauh. Tetap saja, yang namanya rezeki mesti diambil. Berangkatlah kami dengan menggunakan taksi dan tiba di Bandara Soekarno-Hatta sekitar pukul 23.00 WIB.

Sebelum Pemberangkatan menuju Bandara
(Kak Adi, Mustika, Dela *saya)

Kami perwakilan dari provinsi Banten. Namun bukan hanya kami bertiga saja, ada tiga orang lainnya yang nanti akan kami temui di Bandara. Total dari keseluruhan yang mewakili provinsi Banten dalam kegiatan ACYC 2016 berjumlah 6 orang yang berasal dari 4 komunitas, yaitu Kubah Budaya (Adi Prasatyo, Mustika Sari, dan Dela Aulia), Rumah Dunia (M. Arip Baehaqi), Bahasa Jawa Serang (Imam Munandar), dan Nalar (M. Fariz Fadillah).


(Foto diambil sesaat sebelum pemberangkatan menuju Banda Aceh)


(Tiket yang membuat saya gemetar)

Perjalanan kami tidak langsung sampai di tempat tujuan. Ada banyak rute yang mesti kami lalui untuk sampai di dermaga ACYC 2016. Pertama, kami masuk pesawat pukul 05.00 dengan maskapai Lion Air kemudian perjalanan ditempuh sekitar 3-4 menuju Medan. Di Medan kami harus menaiki pesawat yang berbeda namun masih dengan maskapai yang sama, lalu kami pun melanjutkan perjalanan dengan jarak tempuh yang lebih singkat dari sebelumnya yaitu sekitar 45 menit menuju tempat pemberhentian terakhir. Sampailah kami di Bandara Sultan Iskandar Muda pukul 09.24. Kedatangan kami disambut dengan rinai hujan penuh kegembiraan.


Bukan hanya kami berenam saja yang telah tiba, peserta dari tiap-tiap provinsi yang dinyatakan lolos seleksi pun sudah hadir di tempat yang sama. Kami saling tegur sapa sesekali tersenyum tanda keramahan kami. Saya sudah tahu, bahwa Aceh akan diguyur hujan, karena sebelumnya saya sudah mencari tahu terlebih dahulu tentang cuaca yang akan melanda Aceh. Benar saja, saat saya selesai mengambil koper yang saya masukkan ke dalam bagasi. Hujan deras sudah mulai terdengar dan terlihat di balik orang-orang yang memegang tulisan untuk tamu kedatangan.
Setelah turun dari penerbangan, ternyata perjalanan pun belum usai. Kami semua mesti menunggu datangnya mobil yang menjemput kami. Saat kami semua masih dalam keadaan menunggu, saya pun iseng menelusuri toilet yang ada di bandara. Karena ini kali pertama saya pergi jauh dan memakai jasa penerbangan, tidak salah bukan untuk saya bersikap sedikit katro. Pandangan saya dikejutkan oleh simbol toilet yang menandakan perempuan dan laki-laki. Ternyata di depan dinding sebelum seseorang memasuki toilet, diberitahukan dengan simbol man dan women. Man dan women sudah biasa saya temuin pada setiap toilet, tetapi simbolnya itu loh yang membuat saya kagum dan bangga banget. Simbol tersebut mengenakan pakaian adat Aceh, keren banget kan. Baru kali ini saya lihat, tapi sayangnya saya tidak menemukan foto hasil jepretan saya. Jadi, saya tidak bisa menunjukkannya, mungkin tak sengaja terhapus oleh saya gegara memori yang sudah terlanjur penuh. Mungkin lain waktu jika ada kesempatan akan saya tunjukkan bahwa hal seperti itu benar-benar ada.

***

Pukul 10.55 kami pun tiba di Sekolah Anti Korupsi Aceh disingkat SAKA. Di sana kami harus menunggu peserta lainnya yang belum datang. Banyak berbagai macam lukisan di dinding sekolah. Saya tak melewatkan kesempatan yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya, selagi berfoto sesekali saya pun berkenalan dan memperkenalkan diri kepada kawan-kawan baru dari segala penjuru. Foto tersebut diabadikan seperti berikut:



Setelah cukup puas dengan hasil jepret dan perkenalannya, rasa lapar yang saya rasakan rupanya menular kepada kawan-kawan yang lain. Beruntungnya, di dekat SAKA ada bilik besar yang menjual penganan. Kami pun langsung memesan penganan khas kota Aceh, apalagi kalau bukan Mi Aceh. Satu piring saya pesankan dengan rasa yang tidak terlalu pedas untuk nantinya saya makan dengan teman saya alias sepiring berdua. Kawan-kawan yang lain pun memesan menu yang sama. Seperti inilah kebahagian kami sebelum pesanan kami diantarkan.

(warung makan dekat SAKA)

Saat itu cuaca di sana masih diguyur hujan, tetapi rasa lapar rupanya tidak menyurutkan niat kami untuk sesegera mungkin menyudahi lapar kami dan sekaligus menjadi ajang kami untuk saling tukar pikiran bukan tukar pacar. Hehehe
Mobil yang mengantarkan kami sebenarnya mengalami insiden yang mengkhawatirkan. Ban mobil bagian depan dan belakang sebelah kanan terperosok hingga menyentuh rumputan di sebelahnya. Jaraknya lumayan tinggi dari jalur aspal. Berkali-kali mobil dijalankan sesekali didorong oleh kawan-kawan ACYC, namun hasilnya tetap nihil. Maka dari itu, diungsikanlah kami dengan mobil yang lain (saya lupa mobil apa namanya, maaf ya) menuju ke tempat berikutnya, Pelabuhan Ulee Lheu.
Perjalanan dari SAKA menuju pelabuhan sekitar sejam. Sesampainya di sana kami tak langsung menyebrang. Saat itu masih ada kawan-kawan yang belum datang dan bergabung bersama kami. Selagi menunggu, saya mencoba menyusuri sekitaran pelabuhan dan mampir sebentar ke kamar kecil. Terlihat di dekat pintu masuk pengunjung ada seorang ibu yang sedang tenang menganyam payung berwarna kuning seperti kunyit sembari dihiasi manik-manik yang hampir ia selesaikan di seluruh permukaan atas payung. Saya mencoba mendekatinya dan bertanya-tanya soal apa yang sedang dibuatnya. Ia membertai saya, bahwa payung yang dijualnya itu biasa dipakai untuk acara-acara pernikahan. Saya tak sempat untuk mengabadikan pengerjaannya, karena saking saya menikmati pembicaraan kami waktu itu. Kisaran harga yang ditawarnya sekitar Rp 170.000 (seingat saya segitu, maaf jika salah). Kami bercerita cukup lama, hampir tak sadar bahwa barang bawaan kami sedang dititipkan oleh seseorang.
Penyebrangan ke Pulau Weh sementara ditunda, karena hujan dan angin kencang belum juga reda. Tak ingat pukul berapanya, setelah kami selesai makan, ibadah, cuaca sudah mulai reda, dan saling bertegur sapa dengan kawan yang sudah tiba, perjalanan pun akhirnya berlanjut dengan menggunakan kapal cepat menuju Sabang. Dimasukkannyalah koper-koper besar dan mencari kursi yang masih belum terisi. Saya memilih tempat di lantai kedua, bukan karena apa-apa tapi memang sudah penuh jika saya paksakan tetap berada di lantai satu. Lagi-lagi, ini kali pertama saya menggunakan kapal cepat menuju wilayah yang pertama kali juga saya kunjungi.
Saat kapal kami tiba di dermaga Sabang, angin kencang dan hujan mengguyur kami. Saya langsung takjub melihat dan merasakan suasana setibanya di dermaga yang tak terlalu besar itu. Terlihat bukit-bukit yang masih asri serta terlihat pula aktivitas para warga selayaknya kota besar. Transportasi untuk kami rupanya sudah disiapkan oleh panitia, saya melihat bahwa persiapan mereka memang sudah terencana dan mempersiapkannya dengan benar-benar detail. Itulah kesan yang saya rasakan, eitttss tunggu kesan berikutnya. Karena inikan baru awalan.
Kami semua melewati perjalanan yang tak membosankan, mengapa? Itu loh, pemandangan kanan dan kiri benar-benar indah banget. Tebing, bukit, lautan, serta pulau pun dapat kami lihat dan nikmati. Kira-kira lewat waktu maghrib kami tiba di tempat penginapan berbatasan denga pantai.

***

Para peserta dibagi menjadi 4 orang untuk mengisi inapan-inapan yang sudah disediakan. Peserta pun mulai mengambil kunci inapnya, saya kebagian di kamar Sylva dengan tiga orang lainnya (Kak Cut Putri Ayasofia, Kak Sartika Dewi, dan Farida Fitriana). Peserta ACYC pun mulai membenahi dan membersihkan diri dan malam nanti akan berkumpul kembali.
Peserta ACYC 2016 rupanya dibentuk menjadi 4 kelompok yang anggotanya bervariasi dari berbagai daerah di Indonesia. Saya masuk ke dalam kelompok pertama, berikut ini saya perkenalkan mereka-mereka yang menemani dan membagi ilmunya dengan saya.

(WEH: Peserta bersama Fasilitator)




















Beginilah wajah kebersamaan kami. Yang di atas ini merupakan foto dihari keempat, foto ini kami ambil sesaat setelah selesai melaksanakan rapat malam, sekitar pukul 00.00. mata kantuk rupanya tidak menghilangkan wajah ceria dan manis kami. Setuju tidak? setuju saja ya.
Untuk sekarang cukup dulu ya perkenalan awalnya, nanti akan saya lanjutkan lagi cerita-cerita mengejutkan dan menarik lainnya. Trimongganase: Aceh (Terima kasih) 


Minggu, 03 Juli 2016

Seperti sepi


Aku ingin kau mengenalku
Tiap malam aku lafalkan namamu
Dengan ejaan yang sama: se-pi

Tapi kau tak mengenalku
Aku hanya melihatmu dari mata seorang maya
Waktu kian terasa asing bagiku
Kini ingatanku mulai pendek: tak bisa lagi kulafalkan namamu di sudut sepiku

Sabtu, 02 Juli 2016

Suatu Pagi



Suatu pagi dihari minggu
aku menyesapi kembali rindu yang dahulu pernah kau curi
bukan tentang waktu yang kusesali
bukan juga hari ini.



Perempuan Perjumpaan

Sudah lewat setengah jam yang lalu, perempuan itu masih saja menunggu sesorang yang ingin sekali ia temui. Ia bahkan tak peduli lagi dengan langit yang gelap dan rasa lapar yang dirasakannya. Duduk termangu seorang diri di atas kursi tunggu yang sudah ia rasa kedinginannya. Tak ada lagi jadwal keberangkatan penumpang. Para pegawai telah pulang meninggalkan lapang. Hanya perempuan itu dan sesekali terlihat para pedagang. Ia bangkit dari duduknya, merasa gelisah dan berdingin darah. "Aku tak melewatkan apapun, bukan?". Ia selalu saja mengatakan hal seperti itu dan bertingkah mondar-mandir sambil melihat jam dinding di tempatnya sekarang. Sudah pukul 01.15 pagi rupanya. Perempuan itu terkaget mendapati tubuhnya yang masih tertidur di kursi tunggu milik stasiun.

Jumat, 15 April 2016

Tuan Brokoli dan Nyonya Wortel

Tuan itu menjumput tanah dengan tangannya yang gemetar. Dilihatnyalah sebuah nama dengan nada dering yang tak asing baginya. Sudah hampir 4 tahun ini, tuan brokoli tak pernah mengiyakan ataupun membalikkannya lagi apa yang ia terima selama ini. Saat itu, tuan masih berupa bibit. Parasnya yang biasa, tidak kekar apalagi besar, membuat dirinya menjadi terkenal saat ini. Suaranya yang penuh kehati-hatian, serta kumisnya yang melintang dan wajahnya yang terkesan pintar, membuat para urban terpana dengannya.

Lain halnya dengan nyonya wortel....?
Tunggu cerita selanjutnya....

Kamis, 25 Februari 2016

Untuk mereka
yang bibirnya kelu untuk
berucap
‘sudah sampai mana?’
aku hanya meliriknya,
kemudian mengecup kekeluan
mereka
‘sudah sampai di sini,’ kataku.

Serang, 11-01-2016

Sabtu, 14 November 2015

Gulali Manis Yang Hadir Malam Minggu

Gulali manis yang acap kali hadir malam minggu
Mau ditemani kopi atau teh, boleh saja

Malam ini tak turun hujan, sayang
Jadi, kau tak usah khawatir
Gulalimu akan terus bersama kopi atau teh milikmu
Dan aku, mungkin akan cemburu

Gulali manis malam minggu
Esok pagi, kau akan basah lalu merebah